Kamis, 19 Januari 2017

ANGKUTAN UMUM DI JAKARTA, SEJUTA RASA!





Malam ini saya naik kopaja... 

Betapa uniknya (atau betapa anehnya) pengalaman saya kali ini, karena sang sopir tiba-tiba menepikan kendaraannya, minta maaf sekenanya kepada para penumpang, dan turun melenggang dengan santainya untuk membeli PECEL LELE, di pinggir jalan!!!

Woowww!!!

Apakah dia pikir hanya dia yang lapar malam itu? Apakah dia pikir dia sedang mengangkut sanak-saudara dan handai-taulan dan bukannya para penumpang? Entahlah... Para penumpang kelihatannya sudah lelah bekerja seharian penuh dan tidak ada lagi energi tersisa untuk mendebat sang sopir antik itu.

Semenjak menikah empat tahun lalu, saya jadi jarang naik angkutan umum, karena biasanya dibonceng suami kesana-kemari. Namun pengalaman aneh saya malam ini naik kopaja (karena suami tidak bisa menjemput), membuat saya bernostalgia akan angkutan umum di Jakarta yang telah mendukung transportasi saya selama lebih dari 25 tahun.

Dahulu...

Perkenalan saya dengan angkutan umum di Jakarta adalah ketika usia 7 tahun, kelas 2 SD. Saya menggunakan kopaja untuk mencapai sekolah di Kedoya, dari rumah saya di Ciledug. Lumayan jauh dan menantang untuk ukuran bocah 7 tahun.

Kondisinya berjubel, penuh sesak, berdiri, dan busnya miring ke kiri (kayak lagunya Franky Sahilatua). Kadang kami terjepit tubuh orang dewasa, kadang jari terjepit jok plastik waktu berpegangan, gerah ampun-ampunan tidak ketulungan, kadang ditolak naik kalau jam sibuk, karena kami siswa hanya bayar 100 rupiah, sedangkan dewasa bayar 300 rupiah.

Kalau dari rumah belum sarapan, di tengah jalan antara Ciledug-Kedoya pasti semaput. Kalau sedang kurang beruntung, pasti kursi yang kita dapatkan dari hasil rebutan jam 5 pagi, harus diserahkan pada ibu-ibu (yang tidak hamil, tapi pakai high heel... beuuh... sapa suruh pake heel buu?? Modus. Ga bisa liat anak kecil seneng dapet duduk.)

Waktu itu kopaja adalah primadona... 

Dia adalah yang mulia ratu yang sangat kami cintai dan kami butuhkan. Ya iyalah... kaga ada lagi nyang laen! Lenggak-lenggoknya dari kejauhan bagaikan sang ratu yang berjalan anggun. Sopirnya udah kaya artis, dikenal dan ditunggu-tunggu. Ada yang punya banyak penggemar karena nyetirnya enak dan ramah anak, ada juga yang punya banyak haters karena ugal-ugalan dan anti ngangkut anak sekolah. Dua-duanya tetap dicari.

Angkot, ga jauh beda...

Enam tahun lamanya saya naik kopaja. Setelah itu berganti angkot, karena sekolah saya kan udah SMP-SMA di Kebon Jeruk.

Kondisinya enggak jauh beda. Rebutan, penuh, teman-teman laki-laki biasanya gantung di pintu angkot (bahaya sih, tapi mereka takut telat, kan belom ada ojek online). Kalau jam-jam sibuk, anak sekolah juga dimarjinalkan. Salah satu triknya supaya kita diangkut, ya.. bayar penuh seperti orang dewasa. Cuma untungnya, di angkot kita yang di dalam enggak berdiri seperti di bus. Jadi rada mendinglah.

Enam tahun juga saya berjibaku naik angkot dengan segala warna-warninya, sampai saya lulus SMA. Yeaaayyy!!!

Ujian SPMB, naik bus...

Dan angkutan umum pulalah yang mengantarkan saya menembus ujian SPMB 2002. Horrrayy!!! Dari rumah di Ciledug Tangerang jam 4 subuh, dengan target daerah Kayu Putih di Jakarta Timur sebagai lokasi ujian. Dengan diantar oleh emak saya tercinta, saya pun melanjutkan tidur di bus Kowanbisata. Masyiih ngantuukk...

Begitulah kiranya pengalaman saya selama menimba ilmu di Jakarta, telah mendapatkan pelayanan dan bantuan transportasi dari angkutan umum di Jakarta.

Sekarang...

Setelah lulus kuliah dan pulang kembali ke rumah, saya juga berkesempatan menaiki jenis transportasi umum yang lain selain kopaja, metromini, angkot, dan Bianglala/ Kowanbisata. Mereka adalah bus transjakarta, feeder busway, kereta api commuterline, bajay, taksi, dan yang terkini adalah ojek dan taksi online.

Pengalaman mengerikan...

Kalau dipikir-pikir, ada senang, seru, dan ngeri juga sih naik angkutan umum itu. Beberapa pengalaman "mengerikan" yang pernah saya alami/saksikan dan masih saya ingat adalah: 

  • Pelecehan seksual
  • Pencopetan (dengan berbagai metode)
  • Premanisme berbalut kegiatan mengamen 
  • Kekerasan (seorang wanita didorong keluar bus sampai jatuh oleh oknum yang tidak dikenal tanpa alasan yang jelas)
  • Rok tersangkut di pintu bus saat bus hendak melaju
  • Diturunkan seenaknya di tengah jalan 
  • Merasakan naik roller coaster sepanjang jalan Rempoa-Blok M karena metromini ugal-ugalan parah
  • Diserang oleh perokok yang ditegur baik-baik
  • Daaan...masih banyak lagi pengalaman buruk yang lain, sodara-sodara!

Tips... Noted!

Pokoknya, kalau mau bertualang di Jakarta dengan kendaraan umum, terutama bus, pastikan: 
  • Pakaian kita tidak ada yang berisiko membahayakan jiwa (rok terlalu lebar atau terlalu sempit, hak sepatu tinggi, dll)
  • Naik dengan kaki kanan dan turun dengan kaki kiri 
  • Turun kalau bus telah benar-benar berhenti
  • Tidak memakai pakaian atau perhiasan yang mencolok
  • Duduk/berdiri bersebelahan dengan sesama wanita (mencegah pelecehan seksual yang umumnya pelakunya pria)
  • Tidak perlu menanggapi ujaran-ujaran kasar dari oknum pengamen/sekelompok orang (biasanya sengaja memancing keributan agar kita lengah)
  • Jangan naik bus yang sepi
  • Kompak dengan penumpang lain kalau sesuatu yang buruk terjadi

This is my favourite!

Untuk saat ini, jenis transportasi umum di Jakarta yang jadi favorit saya adalah kereta api commuterline dan ojek online. Lebih nyaman, murah, dan anti macet... hehehe... Jadi bisa hemat waktu tempuh. 

Walaupun commuterline sangat padat di jam-jam sibuk, tapi mendinglah ada AC-nya, waktu tempuhnya singkat lagi, jadi kalau cuma berdiri 30 menit sih saya masih kuatlah. Jenis transportasi ini pula yang setia menemani saya wira-wiri Jakarta-Tangerang sewaktu hamil Dova.

Ojek online boleh juga, simpel, ga pake nawar, bisa menjangkau ke tempat-tempat yang tidak dilalui angkot, armadanya juga banyak, bisa jemput ke tempat. Tapi kelemahannya kalau jaringan internet ngadat, yah mau ga mau tawar-menawar lagi deh sama abang-abang opang, atau kalau bajet tipis yaa... back to angkot.

Fiuhhh... 

Lelah juga ya... 
Naik-turun kendaraan umum... 
Heheheh...

Naik angkutan umum di Jakarta itu sebenarnya seru sih, murah lagi (kalo dibandingin angkot di Bandung waktu saya kuliah dulu), tapi mesti ekstra HATI-HATI. Dan banyak-banyaklah berdoa, agar kita semua selamat sampai di tujuan. 

Semoga... 

Untuk kedepannya angkutan umum di Jakarta bisa lebih baik lagi, lebih ramah anak, lansia, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Bisa jadi kebanggaan masyarakatnya. Amin.

1 komentar:

  1. Terimakasih sudah berkunjung di blog saya.
    Silakan meninggalkan komentar.
    Salam.

    BalasHapus