Selasa, 17 Januari 2017

MARIE JULLIE YANG TIDAK JAGO MATEMATIKA






Pertama kali saya mengenalnya...

Waktu itu dia kelas 2 SD. Dalam balutan seragam kotak-kotak khas sekolahnya. Senyum manisnya menyambut saya di ambang pintu.

Gadis kecil yang ramah dan supel itu mengajak saya ke ruang makan. Persis di atas meja makan dia meletakkan buku-bukunya. " Kita belajar disini ya, Kak. "

Meja makan, ruang makan, buku-buku, Marie, dan saya adalah lima serangkai selama tujuh tahun belakangan ini. Di ruang ini kami menyaksikan, mendengar, dan merasakan banyak hal yang terjadi di rumah Marie.

Di ruangan ini selama tujuh tahun...

Saya berusaha mati-matian untuk membuatnya paham operasi hitung dalam soal cerita. Memberinya hukuman soal karena tidak mengerjakan PR berulang-ulang. Menegurnya karena terlambat masuk kelas. Menasihatinya karena ia main-main saat belajar. Memotivasinya karena ia dibully di sekolah. Mendengarkan harapan dan cita-citanya yang ditentang oleh kedua orang tuanya.

Orang tua dan orang-orang di sekelilingnya sering menganggap dia pembangkang yang suka melawan. Padahal dia hanya ingin didengarkan dan dimengerti. Cita-citanya memang tidak mainstream untuk anak sekarang. Tapi itulah Marie.

" Cita-citaku mau jadi guru bahasa Indonesia, Kak. Makanya aku enggak suka matematika. Susah. ", katanya suatu hari.

Saya tidak pernah memaksa Marie untuk sempurna di matematika. Saya hanya memintanya untuk memahami dasar-dasar prinsip matematika, yang kelak akan berguna bagi kehidupannya. Apa pun pekerjaannya nanti.

Memaksa menggabungkan antara Marie dengan matematika sama seperti mengangkat bongkahan batu besar. Berat dan susah. Bertahun-tahun membimbingnya belajar, membuat saya paham betul bahwa bakat dan minatnya memang bukan di matematika.

Sekarang Marie di penghujung kelas 9 SMP. Cita-citanya telah berubah. Bukan lagi ingin menjadi guru bahasa Indonesia, tetapi ingin jadi travel blogger. Cita-cita yang bagus dan realistis. Ia pun sudah memutuskan untuk memilih SMK jurusan Boga setelah lulus SMP.

" Kalo makanan kan nyambung sama travelling, Kak. Bisa buka bisnis restoran juga kalo aku mau nanti. "

That's Marie. My wonderful student.

Anak yang tidak jago matematika, tetapi pandai membuatkan minuman untuk gurunya dengan tangannya sendiri, tanpa diminta. Anak yang selalu gelisah saat belajar aljabar namun selalu tenang saat mendengarkan orang lain berkeluh-kesah. Anak yang dikenal membangkang namun sangat realistis dalam merancang masa depannya sendiri. Anak yang sulit berkonsentrasi saat membahas eksponen namun bisa sangat peduli saat membahas tentang penderitaan orang lain dan hak asasi manusia.

Betapa adilnya Tuhan...



Manusia diciptakan lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya.

Tidak ada alasan bagi Marie untuk tidak mengejar cita-citanya. Sekarang dia mulai mengumpulkan memori pengalaman-pengalamannya saat diajak orang tuanya pergi jalan-jalan ke berbagai negara. " Buat bahan blog aku, Kak. "

Teruslah semangat Marie! Apa pun cita-citamu, yang penting bisa bermanfaat bagi dirimu sendiri, orang-orang di sekelilingmu, dan bangsamu.

Selamat menempuh UN! Semoga sukses!

Love you Marie

* Marie Jullie bukanlah nama sebenarnya, hanya sebuah nama yang mirip dengan nama tokoh aslinya, murid saya.

1 komentar:

  1. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya.
    Silakan tinggalkan komentar!
    Saya dengan senang hati akan membalasnya.

    BalasHapus