Selasa, 24 Januari 2017

PERAWAT, PEMIMPIN, DAN NALURI SEORANG IBU





MENANGGAPI SIDAK YANG DILAKUKAN OLEH PAK GUBERNUR

Saya sudah menonton video sidak tersebut beberapa kali dan sebuah wawancara Pak Gubernur dengan salah satu stasiun televisi.

Saya pribadi pernah mendapatkan pendidikan keperawatan sampai selesai, pernah menjadi pasien, dan pernah menjadi keluarga pasien. Selama menjadi pasien dan keluarga pasien, saya pun pernah mendapatkan pelayanan yang sangat baik dari tenaga kesehatan (perawat, dokter, bidan, apoteker, gizi) dan juga pernah mendapatkan pelayanan yang sangat buruk dari tenaga kesehatan (perawat, dokter, bidan, apoteker, gizi), hingga akibat yang paling buruk adalah kematian anggota keluarga saya.

Saya memang belum pernah menjadi gubernur, namun saya pernah belajar tentang kepemimpinan dan manajemen, serta pernah merasakan dipimpin oleh pemimpin yang baik dan yang buruk.

Dengan kata lain, saya sebagai masyarakat biasa, berusaha melihat permasalahan ini dengan sejernih-jernihnya dan mengambil posisi senetral-netralnya tanpa memihak, kecuali kepada kebenaran dan kepatutan.

PERTAMA : PERAWAT TIDUR

Soal tenaga kesehatan, khususnya perawat, yang dilaporkan oleh Bapak Gubernur, tidur saat bertugas dan meninggalkan meja jaga dalam kondisi kosong.

Sampai detik ini, informasi yang saya dapatkan masih simpang siur, tentang bagaimana fakta yang terjadi pada malam itu. Saya sebagai masyarakat sebenarnya sangat menunggu-nunggu klarifikasi dari pihak yang berwenang, tentang fakta sebenarnya yang terjadi. Bukan hanya tampilan gambar dan adegan pada video, tetapi bagaimana jalan cerita aslinya, yang dituturkan oleh para saksi dan pejabat berwenang yang hadir saat sidak.

Tetapi baiklah, sambil menunggu klarifikasi tersebut, saya akan tetap membahasnya. Seandainya dari hasil investigasi didapatkan hasil bahwa perawat memang bersalah, saya kira sudah sepantasnya jika perawat yang bersangkutan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Namun jika ternyata didapatkan hasil bahwa perawat tidak bersalah, dimohon kepada Bapak Gubernur untuk meminta maaf kepada insan perawat di seluruh Indonesia dan kembali memulihkan nama baik para perawat yang telah dirugikan.

KEDUA : ADUAN MASYARAKAT

Soal aduan dari masyarakat tentang kinerja petugas kesehatan yang buruk di rumah sakit tersebut.

Pernahkah bapak meminta klarifikasi dari pihak tenaga kesehatan? tentang apa yang terjadi di rumah sakit, apa yang menjadi kendala bagi mereka, apa yang menjadi hambatan sehingga masyarakat banyak yang mengeluh?

Maksud saya tentu untuk membuat data menjadi obyektif, berimbang, dan lengkap. Tidak hanya mendengar laporan dari satu pihak, tetapi dari berbagai pihak. Sebagai pemimpin tentu harus mampu berdiri di tengah-tengah, menjadi pengayom bagi semua pihak, karena semuanya rakyat Bapak juga. Jangan sampai dengan alasan untuk membela satu pihak tetapi malah menyakiti pihak yang lain.

KETIGA : CARA MENEGUR PERAWAT

Soal cara bapak melakukan sidak dengan marah-marah, membentak kasar, menendang tempat sampah, dan membawa serta wartawan.

Sebagai masyarakat, saya melihat hal itu adalah cara menegur staf yang sangat tidak elok. Saya sedih sekali melihat rekan saya perawat, diperlakukan secara tidak hormat. Kalau pun mereka bersalah, tentu ada cara dan aturannya untuk menegur staf di lembaga formal. Tentu untuk hal ini Bapak sebagai birokrat lebih paham dari saya yang hanya masyarakat biasa. Mereka perawat yang punya atasan dan penanggung jawab. Mereka punya organisasi profesi. Mereka mengenyam pendidikan tinggi dan berkomitmen pada kesehatan masyarakat Indonesia. Tidak sepantasnya Bapak menegur dan memperlakukan mereka seperti orang yang tidak bermartabat.

Sebagai orang timur yang penuh dengan kearifan lokal, kita mengenal pepatah, bagaikan menarik sehelai rambut dari dalam tepung. Bagaimana caranya agar rambut terambil, tetapi tidak membuat tepung berantakan. Bagaimana caranya agar Bapak dapat menegur orang dan memperbaiki sistem yang salah, tetapi tanpa mempermalukan yang bersangkutan.

Terpidana 20 tahun penjara karena kasus pembunuhan berencana saja punya rasa malu saat persidangannya disiarkan, dan tetap harus diperhatikan hak-haknya, apalagi perawat yang sedang bertugas di hadapan para pasiennya.

Ini sama saja seperti mempermalukan guru di depan para muridnya, atau mempermalukan komandan di depan pasukannya. Di bangsal, perawat itulah yang bertugas memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya serta memberi arahan tentang kesehatan. Masak Bapak sampai hati menjatuhkan harga diri mereka?

Mereka bukan perampok, pembunuh, atau bandar narkoba. Mereka didapati bukan sedang minum-minuman keras atau pesta narkoba. Mereka sedang tidur yang dorongan dasarnya semata-mata adalah kebutuhan dasar manusia. Kalau pun itu Bapak anggap salah, tetap bukan seperti itu caranya menegur staf yang salah.

Sebagai pemimpin, tentu Bapak memiliki kelebihan dari kami, masyarakat awam. Ketika masyarakat awam sangat emosional menyaksikan suatu hal, seharusnya pemimpin bisa mengendalikan emosinya jauh lebih baik dari masyarakat awam. Karena untuk kelebihan itulah, kami menghormati pemimpin.

KEEMPAT : DAMPAK SIDAK

Soal pernyataan Bapak yang tidak menggeneralisir semua petugas kesehatan. Bahwa Bapak mengapresiasi kinerja yang baik dan menindak tegas kinerja yang buruk.

Pernahkah Bapak ketika mengapresiasi kinerja baik para perawat, juga sambil membawa wartawan sedemikian banyak? Jika belum, semoga bisa menjadi bahan renungan. Jangan hanya keburukan saja yang disiarkan besar-besaran seolah perawat tidak ada jasanya, sedangkan kebaikan tak diperlakukan serupa.

Meskipun Bapak tak berniat menggeneralisir semua perawat buruk, dan hanya mau menegur kinerja perawat di satu rumah sakit saja, bahkan hanya di satu ruangan saja, tapi faktanya gelombang kebencian pada profesi keperawatan sekarang sudah meluas di seluruh Indonesia. Orang-orang mencibir, mencaci, menghina, dan merendahkan profesi keperawatan. Ini adalah dampak dari iringan wartawan yang Bapak izinkan untuk turut serta dalam sidak.

Niat bapak hanya ingin menegur beberapa orang perawat, tapi hasilnya seolah-olah yang bersalah adalah seluruh perawat di Indonesia.

KELIMA : PEMBERITAAN MEDIA

Saya melihat pemberitaan media massa kurang berimbang. Selama ini hanya keterangan dari Bapak Gubernur dan keluarga pasien saja yang dipublikasikan. Klarifikasi dari perawatnya mana? Saya berusaha berpikir positif, mungkin perawat dengan sabar menahan diri untuk berbicara demi menjaga situasi agar tidak bertambah panas. Sehingga dapat lebih fokus bekerja dan merawat pasien. Walau pun sebenarnya klarifikasi tidak harus berarti buruk.


PROFESI KEPERAWATAN LAHIR DARI NALURI SEORANG IBU



Saya pribadi, punya cara yang paling sederhana untuk memandang profesi keperawatan. Profesi ini lahir dari sebuah naluri dasar yang dimiliki manusia. Naluri seorang ibu. Seorang perawat yang merawat pasiennya diartikan sama seperti seorang ibu yang merawat anaknya.

Seorang ibu hanyalah manusia biasa, yang bisa saja berbuat salah dan lupa. Ketika seorang ibu berbuat salah, pantaskah jika kita menghardiknya? Sementara dialah orang yang selama ini menyuapi kita, memandikan kita, mengurus kita saat sakit, menghibur kita di kala nestapa, memapah kita berjalan, dan menyelamatkan nyawa kita…

Tidak ada seorang pun ibu yang berniat jahat pada anaknya, kecuali dia sakit jiwa. Juga tidak ada seorang pun perawat yang berniat jahat kepada pasiennya. Seandainya Bapak sempat merasakan barang sebulan saja bertugas sebagai perawat, saya yakin Bapak pasti tidak akan setega itu memperlakukan perawat, bahkan yang bersalah sekali pun.

Pemimpin adalah teladan bagi masyarakat. Kalau cara pemimpinnya demikian kasar menegur perawat, tidak bisa dibayangkan bagaimana nanti jika masyarakat yang menegur perawat. Sewaktu SD saya mengenal peribahasa “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari ”, yang kira-kira maknanya, jika seorang yang dijadikan teladan berbuat sesuatu, maka akan dicontoh oleh orang-orang yang meneladaninya dengan lebih dahsyat lagi.

Intinya, saya hanya tidak setuju dengan cara Bapak menegur perawat saat melakukan sidak. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dari perbuatan buruk. Amin. Mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan.


Elvirayanti Mahyor, S.Kep., Ners.

Senin, 23 Januari 2017

BXC MALL BINTARO: MAL DI TENGAH KEBUN RAYA





Hallo sobat blogger!

Bermain dan relaksasi sejenak dari rutinitas sehari-hari adalah kebutuhan dasar manusia. Apalagi buat anak-anak seperti balita saya. Berlari-lari di alam bebas serta tidak khawatir jatuh adalah kegiatan yang menyenangkan dan menyegarkan.

Mungkin buat sobat blogger yang tinggal di daerah yang masih asri, itu bukan masalah. Tapi buat sobat yang tinggal di daerah dengan ruang terbuka hijau yang terbatas seperti Jakarta dan sekitarnya, pasti pilihannya tidak terlalu banyak.

Diantara pilihan yang sedikit itu, ada satu tempat favorit saya untuk membawa Dova, anak saya, untuk sekedar bermain-main melepas emosinya. Maklum balita, seringkali kalau terlalu banyak di rumah bisa bosan dan mudah tantrum. Istilahnya, kurang piknik. Hehehe..

Tempat itu adalah Bintaro Jaya Exchange Mall atau BXc Mall 


Teras mal yang langsung menghadap ke taman dan kebun. Banyak restoran yang menyediakan kursi di teras.

Lokasinya terletak di dalam kawasan perumahan Bintaro Jaya, sektor VII, Tangerang Selatan. Bagi sobat blogger yang dari arah Ciputat bisa mengaksesnya melalui jalan Tegal Rotan. Bagi yang dari arah Serpong, bisa keluar pintu tol Bintaro. Bagi yang dari arah jalan Bintaro Utama bisa masuk dari perumahan Menteng Residence. Untuk sobat yang menggunakan kereta api commuterline dari Tanah Abang atau Maja, bisa turun di stasiun Jurang Mangu dan tinggal berjalan kaki saja ke arah mal. 

Lokasinya memang tidak dilalui angkot, tetapi jangan khawatir, ada banyak armada ojek atau taksi di sekitarnya, baik yang konvensional maupun yang online.

Secara umum, isi malnya sama saja dengan mal-mal yang lain. Ada toko-toko baju, supermarket yang menjual kebutuhan sehari-hari, bioskop, restoran, gerai-gerai jajanan, indoor playground, dan lain-lain. Tambahannya disini ada ice rink atau arena bermain ice skating yang cukup luas. Tetapi yang ingin saya bahas bukanlah fasilitas di dalam mal, melainkan fasilitas di luar mal.

Kebun dan taman hijau yang luas menghampar...


Ini salah satu area berumput tempat Dova lari-lari.








Ya, benar. Inilah alasan utama saya mengajak Dova ke tempat ini. Di gerbang masuk (bukan lobby utama, ya), kita akan disambut oleh aneka tanaman yang terawat baik, yang tersusun rimbun menjadi sebuah taman yang berkonsep "green". Hijau sekali. Asri.

Jogging track-nya cukup luas untuk sekedar berjalan-jalan bersama keluarga atau sahabat menikmati pemandangan. Maju sedikit, hamparan rumput hijau bak permadani membentang. Dengan pohon-pohon yang rimbun di sekelilingnya. 

Pokoknya, sesaat kita merasa tak seperti sedang berada di mal di Tangerang, tetapi seperti tengah berada di kebun raya! Saya pribadi merasa, luas kebunnya justru lebih luas dari malnya itu sendiri. Jadi seolah-olah keberadaan mal disini untuk mendukung fasilitas kebun, bukan sebaliknya.

Di depan kebun, ada beberapa kolam ikan hias yang bisa dinikmati keindahannya sambil duduk-duduk lesehan. Memberi makan ikan dan mendengar gemericik air bagaikan oase di tengah padang gurun hiruk-pikuk aktivitas Jakarta. Jika sobat tak ingin duduk di lantai, ada tempat lain berupa saung-saung dengan tempat duduk yang bisa digunakan untuk duduk sambil mengobrol.

Jika tiba akhir minggu, tepatnya hari jumat-sabtu-minggu jam 7 malam, ada pertunjukan fountain dance atau air mancur yang menari. Pertunjukan ini tentu sangat menarik, terutama buat anak-anak. Air mancur berwarna-warni menari melenggak-lenggok seirama dengan musik. So cute... 


Fountain dance.

Satu lagi, kebun dan taman yang luas beserta kursi-kursi panjangnya ini juga pas lho, buat acara gathering dan foto bareng. View-nya cocok buat narsis ber-selfie atau ber-wefie ria. One stop spot deh pokoknya...


Dova bersama neneknya. Tempat yang cocok untuk segala usia.

Sebenarnya kebun nun jauh di belakang kursi merah panjang ini bagus sekali, tetapi saya tak sempat memotretnya. Begitu juga beberapa spot lain yang tidak sempat saya potret, karena si mungil Dova kabur-kaburan terus. Hehehe...

Betah, tak mau pulang...

Hal yang paling tidak menyenangkan ketika berkunjung kesini adalah saat mengajak Dova pulang. Woooww... dia pasti akan sangat menolak. Biasanya saya harus merayunya dulu dengan mengatakan, kita harus makan dulu, nanti setelah makan baru kita main lagi. Rayuan maut akan makanan biasanya ampuh untuk setidaknya membuat Dova meninggalkan taman dan masuk ke mal untuk makan.

Setelah makan, biasanya Dova mengantuk dan tidak terlalu bertenaga untuk main. Dan beberapa menit kemudian, hembusan angin akan membuatnya terlelap di pelukan saya. Oooo... My sweet Dova. 

Bye..bye.. kebun...

Saya pun sebenarnya masih ingin berlama-lama di tempat yang indah dan menyejukkan mata ini. Namun hari sudah beranjak malam. Kita harus pulang.

Nah, bagaimana sobat blogger? Apakah tertarik mengunjungi tempat ini? Oh ya, jika ingin mengunjungi tempat ini, usahakan di sore hari atau jika sinar matahari sudah tidak terlalu terik, ya. Karena seperti layaknya tempat outdoor, tentu lebih nyaman kalau suasana sedang adem. 

Kalau tiba-tiba turun hujan, tidak perlu khawatir, tinggal masuk saja ke dalam mal. Mungkin sobat bisa duduk dulu menikmati secangkir kopi sambil memandang ke arah hujan. Siapa tahu malah mendatangkan inspirasi untuk berkarya...


Ternyata...

Di tengah gersang dan sibuknya ibu kota, masih ada tempat yang menawarkan kesegaran dan ketenangan. Jika sobat rindu akan rimbunnya pepohonan dan hijaunya hamparan rumput, tempat ini bisa dijadikan pilihan.

Selamat berelaksasi!

Minggu, 22 Januari 2017

JELAJAH JAKARTA NAIK KERETA ALA BACKPACKER






Image may contain: 2 people, people smiling, shoes, train and indoor
Hallo sobat blogger!

Perjalanan saya dan keluarga kecil di hari minggu ini mengusung 3 agenda: 
  • Emaknya pingin ikutan Kopdar Grup Backpacker di Kota Tua 
  • Anaknya pingin jalan-jalan naik kereta 
  • Bapaknya mau survey lokasi di Jatinegara

Yang jelas akan banyak manfaatnya buat balita 2,5 tahun saya yang mungil itu. Hitung-hitung ini adalah ajang belajar buat dia. Saya memang tidak memasukannya ke playgroup, tetapi saya sangat mengoptimalkan setiap kegiatan yang kami jalani supaya ada nilai pembelajarannya.

Di perjalanan, saya bisa mengenalkannya pada aneka macam alat transportasi dari delman sampai truk kontainer. Dia juga bisa melihat aneka tempat umum dari sekolah sampai stasiun. Dan masih banyak lagi. Saya kira itu akan lebih efektif dari pada hanya mengenalkannya lewat gambar-gambar. Dan yang pasti... she can enjoy the journey! Jadi enggak gampang tantrum seperti kurang piknik. Khikhikhi...

Berhubung sebelumnya saya menemani si bocah begadang sampai pagi dan baru tidur jam 7 pagi, akhirnya kita semua bangun kesorean. Ya, karena jadwal tidurnya bocah saya emang random. Sebenarnya sudah terlalu sore kita start. But it's okay... nothing to lose.

Brangkaattt!!!

Dari rumah, kita naik motor seperti biasa, sampai Stasiun Jurang Mangu. Di Jurang Mangu, si Revo butut diparkir cantik. Habis itu cek saldo e-ticket, lumayanlah ada saldo 16rb, masih bisa sekali jalan sampai Stasiun Kota.

Kereta kita pun datang, tujuan Tanah-Abang. Yeaayyy!!! Tidak terlalu padat. Hanya beberapa orang saja yang berdiri. Saya sih, alhamdulillah, selalu dikasih duduk sama penumpang lain, karena kan bawa si bocah yang masih balita 2.5 tahun. 

Hari minggu sore kereta relatif kosong

Kursi prioritas untuk ibu hamil, ibu membawa balita, lansia, dan penyandang disabilitas. Tersedia di setiap ujung gerbong.

Rute commuterline yang kita ambil rencananya seperti ini: Jurang Mangu - Tanah Abang -Duri - Kampung Bandan - Kota. Dengan harga tiket keseluruhan cuma 4rb rupiah saja. Berangkat dari Jurang Mangu jam 4.30 sore, sampai Kota jam 7.20 malam... Keretanya sih cepat, yang lama itu nunggu transit di Tanah Abang, Duri, dan Kampung Bandan. 

Hehehe... karena kemalaman sampainya... engga jadi kopdar deh...

Suasana di depan Stasiun Kota pada minggu malam... ramai...

Untuk urusan kopdar sepertinya saya sudah ketinggalan rombongan. Hehehe... tapi biarlah, kan masih ada 2 agenda lagi, urusan jalan-jalan si bocah dan urusan survey ayahnya.

Berhubung sudah laper berat, kita langsung merapat ke tukang nasgor n batagor di pinggiran stasiun Kota. Enggak terlalu spesial sih rasanya, standar aja. Tapi buat yang lagi laper berat kayak kita, yaaa... spesial banget! Lagian kalo jalan-jalan begini, ya cuma nasgor yang akrab sama lidah si bocah.

Selesai makan, saya pun kembali masuk stasiun Kota. Sementara ayahnya si bocah mengisi ulang saldo e-ticket, saya pun ber-selfie ria untuk mengabadikan gambar Stasiun Kota.

Arsitektur stasiun Kota kelihatannya seperti arsitektur zaman Belanda dulu. Bangunannya tinggi dengan tembok-tembok yang tebal. Khas bangunan kolonial. Kalau hanya melihat bangunannya saja, saya serasa melenggang ke masa silam. Tetapi kalau melihat aktivitas orang-orangnya, barulah saya tersadar bahwa ini sudah zaman internet.

Ahaii... inilah beberapa hasil jepretan amatir android saya yang tidak terlalu canggih. Tapi lumayanlah... dari pada tidak ada kenang-kenangan sama sekali.

Foto-foto mengabadikan Stasiun Kota

Ini di depan loket, ada beberapa mesin e-tiket yang bisa dioperasikan secara mandiri

Si bocah ogah difoto, maunya turun lari-lari, soalnya luas...

Setelah puas berfoto-foto di stasiun Beos alias Stasiun Jakarta Kota yang sangat legendaris dan bersejarah itu, perjalanan pun dilanjutkan menuju Stasiun Jatinegara.

Bye..bye... Beos! I can't forget the classic view of you!

Bye... bye... kita mau lanjut ke Jatinegara!

Perjalanan kereta ke stasiun Jatinegara cukup lancar. Hari sudah gelap diluar. Alhamdulillah si bocah anteng dan tidak rewel. Kelihatannya dia cukup menikmati perjalanan.

Tiba di Stasiun Jatinegara... Woooww!!!

Stasiun yang juga legendaris dan bersejarah ini rupanya berdandan. Cantik sekali dengan bunga-bunga hias dalam potnya di sepanjang peron. Duduk di kursi antiknya berasa kayak lagi syuting film tahun 40-an. Hehehe... Suasananya klasik beneeer. Banyak toko/restoran yang menjual makanan juga. Tatanannya rapi. Stasiun ini juga dilewati oleh kereta-kereta yang dari/menuju ke timur. Waaahh... jadi pingin ke Jogja atau kemana pun di jawa naik kereta...

Cieee... saking klasik dan romantisnya ini stasiun... si bocah aja sampe galau gitu...

Deretan toko makanan dan restoran. Rapi dan bersih.

Si bocah dan ayahnya sempat jajan Roti 'O di Stasiun Jatinegara, sebelum akhirnya naik kereta terakhir menuju Stasiun Manggarai. Lanjut ke Tanah Abang menuju Jurang Mangu. Sampai di Jurang Mangu jam 10.30 malam. Fiuuuhh...

Finally...

Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan bajet yang tidak sampai 100rb sekali trip (itu sudah termasuk bensin, tiket kereta PP, makan nasgor, batagor, Roti 'O, minum, dan parkir motor di stasiun)... we get the quality time and much experience.

Visit Jakarta and try the public transportation! 

Enjoy your trip!

Kamis, 19 Januari 2017

ANAKKU SUSAH MAKAN





Tadinya... 

Aku pikir anakku... 

Makan paginya bubur
Makan siang dan sorenya nasi plus sup ikan 
Selingannya baru mungkin kue/bubur kacang hijau/buah/susu
Tertib 
Ideal
Lazim
Pas dengan teori!


Kenyataannya... 

Pagi dia minum susu kotak plus apel/pisang/buah apapun yang dia jumpai di kulkas atau meja makan (yang kalo neneknya tau bisa histeris, Dovaa.. yah pagi2 minum susu ama buah, mencret dah tu bocah!). Dan itu adalah hasil perburuannya sendiri di seantero rumah. 

Siangnya makan roti/ nasi putih tok/ kue putu/kue pukis.

Sorenya makan mie goreng/pangsit kuah/otak-otak ikan/somay ayam/telur rebus bulet.

Selingannya mungkin wortel rebus atau biskuit.

Makan paginya bisa jam 10 atau 11. Makan siangnya bisa jam 2 siang. Makan sorenya bisa jam 7 malam.

Sangat jauh dari bayangan...

Siapa yang menduga selera makan anakku random begitu. Dibilang tidak mau makan tidak juga. Dibilang doyan makan tidak juga.

Akhirnya...

Setelah sekian lama tenggelam dalam kegalauan, akhirnya sekarang aku ikhlaskan Dova dengan style makannya sendiri, dari pada dia tidak makan sama sekali.

Aku harus mengingat kembali bahwa:

Sumber karbohidrat bukan cuma nasi, jadi aku toleransi pilihannya pada mie/makaroni/tepung-tepungan. 

Ikan/ayam tidak hanya bisa dicemplungkan dalam sup, tapi juga bisa dicampur tepung jadi somay atau otak-otak. 

Camilan itu tidak harus kue/buah, tapi bisa juga wortel rebus atau telur rebus dicamil, digadoin sama dova. 

Aku juga mengalah bahwa menu sarapan tidak harus bubur, tapi juga bisa pisang atau pepaya buat sarapan. 

Baiklah

Dari pada dia ikuti aturan makan yang aku buat, malah tidak makan sama sekali.

Walhasil...

Tiap ke posyandu cempaka, BB Dova selalu 'aman'. Gemuk ya enggak, kurus banget ya enggak. Prinsipku, asal enggak BGM aja cukuplah. Toh emak bapaknya juga enggak gemuk-gemuk amat. 

Yang penting dia masih bisa nyanyi twinkle twinkle atau tik tik bunyi hujan dan belasan lagu bocah lainnya, ngitung 1 sampe 10 atau nyebutin seisi peternakan plus terjemahannya, dan alif-batasa sambil lompat-lompat jungkir balik tiap hari. Dan yang penting lagi, enggak gampang sakit. Cukuplah itu buat aku. Syukur alhamdulillah.

Walaupun anakku tidak terlalu doyan makan. Walaupun sekalinya makan porsinya kecil. Walaupun jam makannya terserah dia, kalo dia berasa lapar baru makan. Walopun menunya random suka-suka dia.

Biarlah...

Yang penting sehat kau, Nak. Amin.

ANAK-ANAK DAN MENIRU




Ada yang bilang...

Pilih pemimpin itu yang penting isinya, yang penting kinerjanya bagus. 

Ada pun dia suka marah-marah atau berkata-kata kasar, itu kan cuma luarnya, kemasannya.

Wah! 

Kalo saya sih ketika lihat produk yang kemasannya sudah rusak/kembung/sobek/bocor, ga bakalan beli! Isinya otomatis pasti rusak juga lah. 

Kondisi baik buruknya kemasan bisa menjadi representasi kualitas isinya. Persoalan kemasannya dari daun jagung, daun pisang, plastik, aluminium foil, kaca, atau kaleng itu bukan masalah. Yang penting kemasannya masih dalam kondisi baik dan layak.


Memilih... 

Kalo saya mau pilih pemimpin juga tentu yang bersikap dan berkata-kata baik. 

Kata-kata adalah doa dan pemimpin adalah teladan. Persoalan dia berasal dari suku mana, bidang keahlian apa, gendernya apa, itu bukan masalah. Yang penting perilakunya baik. Mudah-mudahan kinerjanya juga baik. Karena lisan yang selalu mengucap hal baik akan menuntun sistem di diri seseorang untuk berbuat baik juga. 

Selaras. Seimbang. Homeostasis.

Satu hal yang selalu saya khawatirkan

Apa jadinya generasi berikutnya di negeri ini, kalau setiap hari melihat pemimpinnya berkata-kata kasar dan mencerca. 

Anak-anak yang masih kertas putih akan mempelajari dalam benak mereka, oo..kalau kita marah caranya dengan mencaci orang, oo..kalau kita tidak setuju caranya dengan berkata-kata kasar, oo..kalau kita tersinggung caranya dengan menghardik-hardik. 

Hal itu akan meresap di alam bawah sadar anak-anak kita dan mereka akan meniru perilaku itu spontan tanpa mereka sadari.

Salam

BELAJAR BIJAK BERBAHASA





Lebaaayy...

Ada yang bilang reaksi boikot (perusahaan makanan) itu berlebihan. 

Apakah sebuah klarifikasi harus ditanggapi dengan kemarahan dan aksi boikot? Katanya, wajar saja toh, pihak perusahaan klarifikasi bahwa bukan mereka yang membagikan gratis, tetapi ada konsumen yang membeli dan membagikannya gratis.

Hmmm... klarifikasi... 

Sampai kapan pun yang namanya klarifikasi tidak pernah salah. Klarifikasi bertujuan untuk menjernihkan informasi. Itu betul. Sepakat.

Yang jadi masalah, apakah klarifikasi itu disampaikan dengan bahasa yang netral? Atau tendensius? Apakah diksinya membuat hati nyaman? atau malah membuat hati bergejolak? Sama-sama klarifikasi, tetapi respon yang didapat akan berbeda.

Klarifikasinya tidak salah, tetapi bahasanya yang kurang tepat. Tentu saja ketidaktepatan ini terjadi bukan seketika seperti kasus orang yang salah ucap karena terburu-buru ngomong atau salah sebut nama karena grogi. 

Ketidaktepatan ini tentu bukan tidak disengaja.

Ini tentang rasa...

Lisan adalah penerjemah dari apa yang tersirat di hati. Sesuatu yang terlintas di hati akan terkirim ke otak, kemudian otak akan memerintahkan lisan untuk berucap. Beda warna di dalam hati akan berbeda pula rasa bahasa yang terucapkan.

Tentu kita mengetahui, bagaimana perbedaan bahasa yang kita gunakan untuk menyapa si jantung hati yang lama tidak berjumpa dengan bahasa yang kita gunakan untuk menghadapi orang yang selalu menagih-nagih uang kos yang agak telat kita bayarkan. Yang pertama tentu lemah lembut mendayu, yang kedua mungkin agak kaku, gugup, dan defensif. 

Itulah yang saya maksud dengan rasa bahasa.

Saya memang bukan ahli bahasa...

Saya juga bukan sarjana bahasa. Tetapi saya yang lemah dan bodoh ini telah lebih dari tiga dekade hidup di bumi Indonesia dan selalu setia penjadi penutur bahasa Indonesia yang saya cintai. 

Saya telah menggunakan bahasa ini untuk semua fase kehidupan saya. Sejak saya hanya bisa menangis dalam buaian bunda, sampai kini saya yang membujuk si kecil di dalam buaian, Semua fase itu saya lewati dalam asuhan bahasa Indonesia.

Reaksi atas bahasa yang kurang enak

Maka ketika ada sebuah pengumuman disampaikan, siapa pun orang Indonesia, khususnya yang tengah berjuang di hari istimewa itu, akan merasakan ada rasa bahasa yang berbeda. 

Karena rasa bahasa itulah, timbul reaksi. Sekali lagi, reaksi timbul bukan karena klarifikasinya, karena klarifikasi adalah hak mereka. Tetapi tuturan bahasa dan pilihan kata dalam klarifikasi itu yang membuat tidak nyaman. Reaksi yang timbul tidaklah berlebihan menurut saya. Sesuatu yang wajar. 

Alamiah.

Untuk senyum dan sapa yang kurang saja konsumen berhak pindah restoran, apalagi untuk sebuah bahasa tulisan berbingkai pengumuman yang disebarluaskan yang membuat hati kurang nyaman, boleh-boleh saja konsumen tidak melanjutkan rutinitas pembelian. 

Sah-sah saja.

Bijaklah berbahasa!

Itulah mengapa pelajaran bahasa Indonesia, matematika, dan ilmu pengetahuan alam menjadi bahan pertimbangan pada kelulusan pendidikan formal anak-anak kita, disamping pelajaran yang lain. Karena ini adalah salah satu bekal dasar untuk hidup di bumi Indonesia. 

Bijak berbahasa Indonesia akan menjalin persaudaraan sebangsa, kepahaman akan matematika akan menuntun logika berjalan di jalur yang benar, kepahaman akan ilmu alam akan memperkenalkan insan kepada hukum-hukum alam yang senantiasa berjalan secara alamiah tanpa bisa dibendung.

Salam damai